Taipei –
Lalu lintas di Taiwan dianggap sebagai contoh nyata dari neraka. apakah itu benar-benar buruk?
Sudah hampir dua bulan sejak Taiwan mencabut pembatasan masuk dan mengakhiri karantina wajib. Itu memungkinkan turis internasional membanjiri Taiwan lagi.
Sejak saat itu, pemerintah Taiwan telah menetapkan target untuk menarik 10 juta pengunjung internasional pada tahun 2025. Target tersebut untuk menggantikan pendapatan pariwisata yang hilang di tengah pandemi Covid-19.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Namun, ada masalah besar dan Taiwan harus segera menyelesaikannya agar turis mancanegara bisa datang lagi dan mendapat kesan oke. Kritikus mengatakan Taiwan pertama-tama harus meningkatkan keselamatan jalan, baik untuk pengemudi maupun pejalan kaki.
Pulau ini mungkin terkenal dengan masakan, lanskap, dan keramahtamahannya, tetapi juga terkenal dengan jalanannya yang berbahaya. Beberapa negara, termasuk Australia, Kanada, Jepang, dan AS secara khusus menyebutkan kondisi jalan raya Taiwan.
Jalan Yongkang, Taipei (Foto: Craig Ferguson/LightRocket/Getty Images)
“Waspadai sejumlah besar skuter dan sepeda motor keluar masuk lalu lintas. Berhati-hatilah saat menyeberang jalan karena banyak pengemudi yang tidak menghormati hak pejalan kaki,” Departemen Luar Negeri AS memperingatkan.
Pemerintah Kanada lebih blak-blakan bahwa “Pengemudi sepeda motor dan skuter tidak menghormati hukum lalu lintas. Mereka sangat sembrono”.
Kondisi trotoar
Halaman Facebook yang baru-baru ini menjadi viral di Taiwan mengatakan, “Taiwan adalah neraka pejalan kaki”. Didirikan pada Desember 2021, halaman tersebut memiliki hampir 13.000 pengikut setahun kemudian.
Ray Yang adalah pendiri halaman. Dia kembali ke negara asalnya Taiwan setelah tinggal di Melbourne, Australia dan mengalami kejutan budaya karena dia hampir tertabrak dan itu mendorongnya untuk memulai sebuah halaman.
“Kota-kota di Taiwan memiliki masalah besar yang sama, kurangnya jalur pejalan kaki,” kata Yang.
Menurut statistik pemerintah, 42% jalan kota memiliki trotoar. Tapi, trotoar itu bisa sangat sempit, penuh dengan skuter dan mobil yang diparkir, diblokir oleh tiang lampu dan kotak trafo, dan etalase ditempati oleh tanaman atau tanda.
Pejalan kaki kemudian sering dipaksa berjalan ke jalur mobil. Selain itu, beberapa jalan setapak merupakan tambal sulam teras, yang dikenal di Taiwan sebagai qilou, dibangun dari permukaan dan ketinggian yang berbeda.
Orang tua dengan bayi dan balita terkadang harus membawa stroller dengan tangan saat melewatinya. Sedangkan pengguna kursi roda harus zigzag keluar masuk jalur mobil dan jalan setapak karena terhalang.
“Di Taiwan, ada pepatah umum bahwa kehangatan khas Taiwan menghilang begitu mereka berada di belakang kemudi,” kata Profesor Cheng Tsu-Jui dari Universitas Nasional Taiwan Cheng Kung.