liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Tak Ambil Jatah Makanan di Pesawat Baik untuk Bumi?


Jakarta

Tren maskapai penerbangan untuk mengurangi makanan dalam penerbangan menjadi lebih terlihat. Apakah tindakan ini baik untuk bumi?

Di CNN, Kamis (2/3/2023), tak semua orang senang dengan anjuran melewatkan makan di pesawat. Namun, beberapa maskapai, termasuk Delta Air Lines dan Japan Airlines (JAL), telah menerapkannya.

Saat ini, opsi lewati makan hanya tersedia untuk beberapa penumpang yang terbang di kabin kelas bisnis Delta. Perwakilan maskapai memberi tahu kami bahwa sejak program dimulai tahun lalu, sekitar 1.000-1.500 makanan telah ditolak secara sukarela setiap bulan.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Ini berarti hanya 0,3% penumpang yang melakukannya. Tetapi merupakan tantangan bagi maskapai penerbangan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar, biaya, dan pemborosan di pesawat.

Menurut maskapai, pilihan untuk melewatkan makan bukan hanya soal ramah lingkungan. Ini juga tentang personalisasi.

Makanan juga menjadi peluang bagi maskapai penerbangan untuk mengumpulkan lebih banyak data pelanggan. Potensinya adalah untuk mengoptimalkan pilihan catering agar dapat dilayani dengan lebih baik.

Makanan pesawat (Foto: Getty Images/Anchiy)

Apakah itu hanya sapuan hijau?

Kritik terhadap program melewatkan makan pun mengalir. Maskapai ini disebut hanya melakukan greenwashing (pemasaran dengan pendekatan ramah lingkungan).

Pada tahun 2020, ketika JAL meluncurkan opsi lewati makan, maskapai menawarkan amenity kit gratis sebagai gantinya.

Seorang kritikus, Gary Leff dari blog View from the Wing, menyebut amenity kits tokenistic dan berpendapat bahwa program tersebut membebani penumpang terlalu banyak untuk membuat perbedaan.

“Japan Airlines ingin berhemat dengan mengurangi limbah makanan. Tapi apakah etis meminta penumpang untuk mengambil keputusan makan atau tidak makan dalam waktu 25 jam sebelum keberangkatan,” ujarnya.

Program JAL telah diujicobakan pada sejumlah rute. Kini, layanan ini tersedia untuk penumpang di semua kelas layanan pada penerbangan internasional mana pun.

Awalnya, ini disebut opsi melewati etis, tetapi kata etis dihilangkan. Penawaran amenity kit telah berakhir, digantikan oleh kemitraan dengan badan amal bernama Table for Two.

Maskapai mengatakan bahwa untuk setiap makanan yang hilang akan disumbangkan ke badan amal ini. Mereka menyediakan makan siang sekolah untuk anak-anak miskin.

Namun, maskapai tersebut tidak mengatakan berapa banyak uang yang disumbangkan atau sekolah atau wilayah mana yang dilayani.

Untuk maskapai penerbangan yang tidak menawarkan opsi tanpa makan, muncul pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan dengan makanan maskapai yang tidak dimakan.

Saran umum adalah menyumbang ke bank makanan atau tempat penampungan. Namun tingkat regulasi yang ketat dalam industri penerbangan, ditambah dengan undang-undang yang berbeda di bandara, berarti hampir tidak mungkin untuk menutup makanan sepanjang waktu.

Aturan yang sama juga melarang pelancong membawa buah, daging, atau makanan lain melintasi perbatasan.

Makanan pesawat (Foto: Lion Air)

Apa yang terjadi pada makanan pesawat yang tidak bisa dimakan?

Jadi apa yang terjadi dengan makanan maskapai penerbangan yang tidak dimakan? Beberapa maskapai penerbangan mengizinkan pramugari untuk makan di kelas bisnis yang tidak tersentuh atau lebih dari makanan.

Namun sebagian besar dibakar atau dibuang ke tempat pembuangan sampah.

Beberapa berpendapat bahwa industri penerbangan dapat bergerak ke arah yang sama dengan hotel yang menawarkan insentif kepada tamu untuk tidak mengganti seprai setiap hari.

Dengan bersikap transparan tentang limbah makanan dan mendidik penumpang, melewatkan makan di pesawat bisa menjadi realitas lingkungan daripada preferensi pribadi.

Tonton Video “Japan Airlines Ubah Salam ‘Ramah Gender’ untuk Penumpang”
[Gambas:Video 20detik]
(misalnya/perempuan)