Jakarta –
Normalnya, vagina mengeluarkan sejumlah cairan untuk menjaga kesehatan vagina atau sebagai pelumas alami saat berhubungan seks. Namun, keputihan yang berlebihan membuat wanita merasa tidak nyaman. Oleh karena itu, penyebab keputihan harus diketahui.
Vagina adalah selaput lendir, artinya kulit dan jaringan vagina yang sehat selalu lembab. Keputihan sangat penting untuk menjaga kesehatan vagina dan membuat aktivitas seksual menjadi nyaman.
Sumber cairan vagina yang dihasilkan oleh salah satu organ vagina antara lain:
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Kelenjar Bartholin adalah dua kelenjar kecil seukuran kacang yang terletak di vagina. Kelenjar ini membantu melumasi vagina untuk mencegah kekeringan yang berlebihan. Kelenjar Bartholin juga menghasilkan kelembapan saat wanita merasa terangsang, dan saat melakukan aktivitas seksual.
Serviks menghasilkan lendir sepanjang siklus menstruasi seseorang. Saat ovulasi mendekat, serviks menghasilkan lebih banyak cairan. Lendir serviks yang subur ini dapat membantu perjalanan sperma ke sel telur, meningkatkan kemungkinan kehamilan.
Penyebab keputihan
Keputihan yang berlebihan membuat sebagian orang merasa cemas. Diambil dari Medical News Today, berikut penyebab keputihan:
1. Gairah
Wanita yang terangsang secara seksual menyebabkan kelenjar Bartholin menghasilkan lebih banyak cairan. Cairan ini membantu melumasi vagina selama aktivitas seksual, mengurangi risiko gesekan dan luka yang menyakitkan.
Pelumasan biasanya tetap ada bahkan setelah Anda selesai berhubungan seks atau Anda tidak lagi merasa terangsang. Wajar jika vagina terasa basah selama 1-2 jam setelah berhubungan seks atau berhubungan seks.
2. Keputihan
Vagina yang normal dan sehat sedikit lembap. Rata-rata, wanita sehat menghasilkan 1-4 mililiter cairan vagina per hari. Menurut dokter kandungan-ginekolog Dr. Jen Gunter memiliki sekitar 1 ml cairan yang sangat kental.
Jumlah cairan yang dihasilkan orang sehat dapat bervariasi dari hari ke hari dan kelenjar serta leher rahim Bartholin menghasilkan berbagai cairan yang dapat berubah seiring waktu. Saat ovulasi mendekat, vagina bisa menjadi lebih basah karena serviks meningkatkan produksi cairan saat ini.
3. Perubahan hormon
Tingkat estrogen yang lebih tinggi dapat membuat vagina lebih keruh dengan menyebabkan kelenjar Bartholin menghasilkan lebih banyak cairan. Orang yang menjalani perawatan terapi penggantian hormon mungkin mengalami peningkatan keputihan.
4. Infeksi
Ketika keputihan berubah atau seseorang mengeluarkan lebih banyak dari biasanya, itu mungkin merupakan tanda infeksi. Berikut adalah jenis infeksi yang menyebabkan keputihan:
Infeksi jamur. Vagina akan mengeluarkan cairan kental dan berwarna putih. Gejala lainnya adalah vagina gatal dan sensasi terbakar di vagina.Vaginosis bakterial. Vaginosis adalah ketidakseimbangan bakteri di vagina. Vagina mungkin mengeluarkan cairan putih, abu-abu atau kuning yang berbau amis. Bau terkadang lebih buruk setelah berhubungan seks.Trikomoniasis. Ini adalah infeksi menular seksual (IMS) yang dapat menyebabkan keluarnya cairan kekuningan atau kehijauan. Terkadang keputihan terlihat berbusa dan berbau tidak sedap, terutama setelah haid.
Vagina yang basah tidak perlu dikhawatirkan karena itu normal. Keputihan tanpa gejala apapun menandakan bahwa tubuh sehat dan berfungsi dengan baik.
Namun, vagina yang basah bisa menjadi tidak normal jika Anda mengalami beberapa gejala seperti keluarnya cairan berbau busuk, vagina bengkak, dan gatal atau perih. Jika gejala tersebut muncul, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Tonton Video “Mengenal Teknologi Chip ‘Vagina’: Cara Kerjanya Seperti Ini”
[Gambas:Video 20detik]
(hari bulan)