Jakarta, CNNIndonesia —
Satelit nano tanah air Satelit Surya-1 (SS-1) berhasil diluncurkan ke International Space Station (ISS) Minggu dini hari (27/11) dengan menumpang roket Falcon 9 CRS-26 milik perusahaan antariksa pimpinan Elon Musk, SpaceX.
Satelit nano buatan anak negeri Surya Satelit-1 (SS-1) berhasil diluncurkan dini hari tadi waktu Indonesia, atau tepatnya pukul 14.20 waktu Amerika Serikat (EST), menggunakan pesawat SpaceX Falcon 9 CRS. -26 roket ,” tulis organisasi itu. Aviation and Space Research (ORRPA)-BRIN di akun Instagramnya, Minggu (27/11).
Roket Falcon 9 CRS-26 menjalankan misi membawa kargo ke ISS, termasuk membawa satelit SS-1. Roket ini berhasil diluncurkan setelah sebelumnya mengalami penundaan beberapa hari akibat cuaca buruk di Kennedy Space Center, Florida, Amerika Serikat (AS).
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
[Gambas:Instagram]
Setelah sukses meluncur ke luar angkasa, ORRPA mengatakan langkah selanjutnya yang akan diambil SS-1 adalah pengerahan modul Kibo Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) dari ISS oleh astronot yang direncanakan pada pertengahan Januari 2023.
Lebih lanjut, peluncuran satelit nano SS-1 ini dikatakan bersejarah bagi industri antariksa Indonesia karena merupakan satelit pertama yang dikembangkan secara mandiri oleh anak muda Indonesia.
Dikutip dari akun Instagram Badan Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), yang kini diambil alih oleh BRIN, roket tersebut “berhasil merapat secara otomatis ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), pada 27 November 2022 pukul 07.39 WIB. ) .”
Roket SpaceX CRS-26 mengirimkan lebih dari 2.630 kg muatan untuk misi penelitian, peralatan kru ISS, dan berbagai perangkat keras, setelah sebelumnya mendukung misi CRS-21 dan CRS-23.
Tonggak penting berikutnya adalah penyebaran rencana satelit SS-1 dari modul Kibo Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) dari ISS oleh astronot pada pertengahan Januari 2023.
Dilansir dari Antara, ide dan proyek pengembangan satelit nano diprakarsai oleh Universiti Surya yang didukung kerjasama berbagai pihak termasuk tim insinyur muda bersama PT Pacific Satelit Nusantara, Organisasi Radio Amatir Indonesia (ORARI). , PT Pudak Ilmiah.
Selain itu, ada peran Kementerian Komunikasi dan Informatika, Pusat Teknologi Satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Pusteksat LAPAN), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Proyek pengembangan satelit nano SS-1 sendiri dimulai pada tahun 2016 oleh sekelompok mahasiswa Universitas Surya.
Misi satelit
Anggota Tim SS-1 Hery Steven Mindarno menjelaskan bahwa SS-1 merupakan jenis satelit nano atau cubesat yang beratnya kurang dari 10 kilogram.
“Misi SS-1 adalah Automated Packet Reporting System yang berfungsi sebagai media komunikasi melalui satelit dalam bentuk short text. Teknologi ini dapat dikembangkan untuk mitigasi bencana, pemantauan jarak jauh dan komunikasi darurat.” ujarnya dikutip dari situs LAPAN.
Satelit ini diperkirakan akan melintasi wilayah Indonesia sebanyak 4-5 kali sehari dan akan mengorbit pada ketinggian 400-420 kilometer di atas permukaan bumi dengan kemiringan 51,7 derajat.
Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN Wahyudi Hasbi berharap pengembangan Satelit Surya-1 dapat memotivasi pengembangan satelit di perguruan tinggi di Indonesia.
(lom/arh)
[Gambas:Video CNN]