Jakarta –
Sebuah video seorang pria menjilati sebotol kecap dan mengambil makanan setelah menjilat jarinya di sebuah restoran sushi di ban berjalan menjadi viral. Tindakan ini menghancurkan bisnis.
Dikutip dari CNN, Rabu (1/3/2023), video viral perilaku berantakan itu diambil di Sushiro, jaringan restoran sushi populer. Dalam video tersebut, seorang pelanggan pria terlihat menjilati jarinya dan menyentuh makanan lain.
Pria itu juga menjilati botol bumbu dan cangkir yang dia letakkan kembali ke tumpukan makanan berjalan lainnya. Lelucon itu menuai kritik di Jepang. Sedemikian rupa sehingga tagar #sushitero atau #sushiterrorism muncul di media sosial.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Perilaku pelanggan bahkan mengguncang lantai bursa. Pemilik Sushiro, Food & Life Companies Co Ltd, anjlok 4,8% lebih awal, menyusul beredarnya video tersebut.
Perusahaan menanggapi insiden tersebut dengan serius. Dalam sebuah pernyataan, Food & Life Companies mengatakan telah mengajukan laporan polisi terhadap pelanggan, dengan tuduhan kerusakan.
Perusahaan juga mengatakan telah menerima permintaan maaf darinya, dan telah menginstruksikan staf restoran untuk menyediakan peralatan atau wadah bumbu khusus yang didesinfeksi kepada pelanggan yang merasa tidak nyaman.
Sushiro bukan satu-satunya perusahaan yang menghadapi masalah ini. Dua rantai pengiriman sushi terkemuka lainnya, Kura Sushi dan Hamazushi, mengatakan kepada CNN bahwa mereka mengalami pemadaman serupa.
Dalam beberapa minggu terakhir, Kura Sushi juga melaporkan kepada polisi video lain tentang seorang pelanggan yang mengambil makanan dengan tangannya dan mengembalikannya ke ban berjalan untuk dimakan orang lain.
Video itu direkam empat tahun lalu, tetapi baru-baru ini muncul kembali.
Pekan lalu, Hamazushi melaporkan insiden terpisah ke polisi. Rantai restoran mengatakan telah melihat video yang beredar luas di Twitter yang menunjukkan seseorang menjatuhkan wasabi ke sushi saat meluncur.
“Ini menyimpang secara signifikan dari peraturan perusahaan kami, dan tidak dapat diterima,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
“Saya pikir insiden ‘kekerasan sushi’ terjadi karena terlalu sedikit staf di toko untuk mengawasi pelanggan,” kata Nobuo Yonekawa, seorang kritikus restoran sushi yang telah berkecimpung dalam bisnis ini selama lebih dari 20 tahun dan berbasis di Tokyo.
Dia menambahkan bahwa restoran pengiriman sushi telah mengurangi tenaga kerja mereka untuk mengatasi kenaikan biaya baru-baru ini. Yonekawa mencatat bahwa waktu lelucon itu sangat sensitif, terutama karena konsumen Jepang terus menjadi lebih sensitif tentang kebersihan akibat Covid-19.
Jepang memiliki reputasi sebagai salah satu tempat terbersih di dunia, di mana orang-orang secara rutin memakai masker bahkan sebelum pandemi untuk mencegah penyebaran penyakit.
Tonton Video “Berburu Street Food Sushi Lezat Di Balik Grand Indonesia”
[Gambas:Video 20detik]
(misalnya/perempuan)