Jakarta –
Berbeda dengan beberapa negara di Asia yang saat ini dilanda banyak orang yang menolak menikah dan memiliki anak, Indonesia dikatakan jauh dari risiko serupa atau dikenal dengan resesi seks. Pasalnya, sebagian besar masyarakat Indonesia masih menikah untuk tujuan prokreasi atau ingin memiliki anak.
Hal itu disampaikan Presiden RI Joko Widodo dalam pembukaan Rakernas Bidang Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana serta Percepatan Program Stunting, Rabu (25/1/2023).
Melengkapi pernyataan tersebut, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr Hasto Wardoyo, SpOG, mengatakan Indonesia masih jauh dari resesi seks.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Sebenarnya saya sudah percaya bahwa di Indonesia tidak ada resesi seks. Resesi seks yang masif berarti orang tidak memiliki keinginan untuk berhubungan seks. Jarang terjadi seperti itu,” kata Dr Hasto saat ditemui detik.com di BKKBN Bangunan , Jakarta Timur, Rabu (25/1).
Di Indonesia, dalam setahun ada 4,8 juta bayi lahir. Dari 2 juta orang yang menikah dalam setahun, sekitar 1,6 juta hamil di tahun pertama pernikahan. Dari situ dia yakin, Indonesia jauh dari kemungkinan penurunan populasi karena masyarakat menolak berhubungan seks dan punya anak.
“Pasangan 99 persen kalau ditanya ingin punya anak, 99 persen semuanya ingin punya anak. Jadi di Indonesia perkawinan itu prokreasi. Di beberapa negara maju ada jaminan. Saya menikah karena ingin mendapat jaminan perlindungan. .. Ada yang tidak punya anak, tidak aman, ada yang rekreasi. Jadi ada yang menikah hanya untuk rekreasi saja,” jelas dr Hasto lagi.
“Tapi Indonesia tidak. Mayoritas ingin punya anak. Idul Fitri pun belum hamil,” pungkasnya.
Anda dapat membaca lebih lanjut tentang resesi seks di Indonesia DI SINI.
Simak Video “Indonesia Dihantui Resesi Seks, Menolak Menikah dan Punya Anak”
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/atas)