Yogyakarta, CNNIndonesia —
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) disebut letusan Gn merapikan yang terjadi pada Sabtu (11/3) siang ini merupakan yang terbesar kedua setelah letusan yang terjadi pada tahun 2021 lalu.
Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan, rangkaian awan panas yang turun hari ini tercatat sebanyak 24 kejadian yang terjadi sejak pukul 12.12 hingga 16.00 WIB.
“Intensitas erupsi yang terjadi hari ini cukup besar, setidaknya ini yang terbesar kedua setelah yang terjadi pada 27 Januari 2021 lalu,” jelas Agus Budi dalam jumpa media daring, Sabtu (11/3).
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Agus Budi mengungkapkan, BPPTKG pada 27 Januari 2021 mencatat 52 kejadian turunnya awan panas.
“Saat itu terjadi rentetan awan panas sebanyak 52 kali lipat menuju Kali Boyong,” jelas Agus Budi.
Meski erupsi hari ini dinilai cukup besar, BPPTKG tetap mempertahankan status Gunung Merapi Waspada atau Tahap III. Status ini diberikan sejak November 2020.
Agus Budi menjelaskan, keruntuhan awan panas terjauh hari ini berjarak 4 kilometer ke arah barat daya atau Sungai Bebeng dan Krasak. Artinya belum melewati jarak aman yang direkomendasikan BPPTKG.
“Masyarakat tetap tenang, karena aktivitas longsoran yang terjadi sebelumnya masih dalam kawasan potensi bahaya yang direkomendasikan,” kata Agus Budi.
Potensi bahaya
Potensi bahaya saat ini, jelas Agus, berupa longsoran lahar dan awan panas di sektor selatan-barat daya antara lain Sungai Boyong dengan jarak maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Bebeng dan Krasak dengan jarak maksimal 7 kilometer.
Di sektor tenggara meliputi Sungai Woro dengan jarak maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol dengan jarak maksimal 5 kilometer. Sedangkan abu vulkanik yang dikeluarkan saat terjadi letusan eksplosif mencapai radius 3 kilometer dari puncak.
“Ini berdasarkan pemodelan kubah lava sekitar 3 juta meter kubik di tengah kawah dan sekitar 1,7 juta di barat daya,” kata Agus Budi.
BPPTKG menegaskan masyarakat tidak diperbolehkan melakukan aktivitas di kawasan yang berpotensi bahaya tersebut.
Kepala Badan Geologi Sugeng Mujiyanto menambahkan, untuk sementara upaya evakuasi tidak perlu dilakukan karena jarak luncur awan panas yang turun belum melebihi rekomendasi potensi bahaya dari BPPTKG.
“Terkait evakuasi, apakah ada peringatan evakuasi, saat ini tidak ada. Siaga saja, siapkan diri sebaik mungkin. Selalu waspada dan tenang, yang penting,” ujarnya.
Sugeng mengatakan pemantauan aktivitas Merapi akan terus dilakukan. Saat ini aktivitas vulkanik gunung tersebut masih cukup tinggi.
“Kegiatan Merapi kita pantau lagi dari berbagai parameter, baik kegempaan dalam maupun dangkal,” kata Sugeng.
BPPTKG menyebut, aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih tinggi. Termasuk deep volcano (VTA) 77 kejadian/hari; gunung api dangkal (VTB) 1 kejadian/hari; multifase (MP) 6 kejadian/hari; dan avalanche (RF) 44 kejadian/hari.
Sedangkan deformasi juga relatif tinggi, dengan kecepatan 0,5 sentimeter per hari.
Meski aktivitas seismik dan deformasi bukanlah prekursor runtuhnya awan panas hari ini, keduanya menunjukkan bahwa masih ada pasokan magma dari dalam. Artinya, potensi bahaya berupa magma yang keluar dari gunung cukup tinggi.
(kum/fea)
[Gambas:Video CNN]