Jakarta, CNNIndonesia —
Orang biasa sering keliru tentang tindakan orang Mesir Kuno melestarikan jenazah mumi Apa kesalahpahaman ini?
Proses mengubah mayat menjadi mayat disebut mumifikasi. Praktik itu sebenarnya dipraktikkan oleh banyak peradaban kuno.
Tak hanya di Mesir, mumi juga ditemukan di Amerika Selatan dan China. Proses mumifikasi sendiri terbagi menjadi dua, yaitu alami dan buatan.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Di Mesir Kuno, mumi disalahartikan sebagai pengawet mayat. Padahal, mereka melakukannya untuk tujuan lain.
Berikut adalah sederet kesalahpahaman tentang mumi oleh orang Mesir Kuno.
1. Menjaga Tubuh
Mumi sering disalahartikan sebagai tindakan mengawetkan orang mati. Bahkan, menurut Campbell Price, Kurator Museum Mesir dan Sudan, orang Mesir Kuno melakukan mumifikasi untuk membimbing orang mati menuju dewa.
Kesalahpahaman itu, kata Price, dibawa oleh para peneliti dari era Victoria. Menurut dia, para peneliti menganggap mengawetkan mayat sama dengan mengawetkan ikan.
Hal ini disebabkan penggunaan garam dalam proses mumifikasi.
“Idenya adalah Anda mengawetkan ikan untuk digunakan di masa depan. Jadi, mereka beranggapan bahwa apa yang dilakukan pada tubuh manusia sama dengan perlakuan terhadap ikan,” kata Price seperti dikutip dari LiveScience.
Price mengatakan bahwa sebenarnya yang digunakan orang Mesir bukanlah garam melainkan natron.
Natron dikenal sebagai mineral alami, yang merupakan campuran dari natrium karbonat, natrium klorida, dan natrium sulfat. Itu berlimpah di sekitar dasar danau dekat Sungai Nil dan berfungsi sebagai bahan utama mumi.
“Kita juga tahu bahwa natron digunakan dalam upacara pura [dan diterapkan pada] patung dewa Ini digunakan untuk membersihkan,” katanya.
Price mengatakan bahan lain yang biasa diasosiasikan dengan mumi adalah dupa, yang juga berfungsi sebagai hadiah untuk dewa.
2. Membutuhkan Jasad di Akhirat
Kesalahpahaman lainnya adalah tentang kepercayaan bahwa orang Mesir kuno yang mati membutuhkan tubuh di akhirat.
“Ada obsesi biomedis yang lahir dari gagasan Victoria tentang perlunya tubuh yang utuh [sebagai bekal] di akhirat,” kata Price.
Baginya, ini lebih berkaitan dengan kepercayaan kuno tentang perubahan tubuh [patung] Tuhan
“Saya pikir itu sebenarnya memiliki arti yang lebih dalam, dan pada dasarnya ini tentang mengubah mayat menjadi patung dewa karena orang mati telah diubah,” jelas Price.
3. Tentang Sarkofagus
Kesalahpahaman berikutnya adalah tentang sarkofagus atau peti mati yang menunjukkan penampakan almarhum.
“Dalam bahasa Inggris, topeng adalah sesuatu yang mengaburkan identitas Anda; potret mengungkapkan identitas,” kata Price.
Sementara itu, kata Price, ukiran wajah pada sarkofagus, dikutip dari The Guardian, berarti “Objek, panel, dan topeng yang menampilkan gambaran ideal dari wujud ketuhanan.”
(lt)