Jakarta –
Para peneliti dari Prancis, Jerman, dan Rusia menghidupkan kembali 13 jenis virus baru yang telah berada di atas es di tanah Siberia selama antara 27.000 dan 48.500 tahun.
“Ada kemungkinan permafrost kuno akan melepaskan virus yang tidak diketahui ini saat mencair,” kata para peneliti.
Apa itu permafrost?
Permafrost adalah lapisan beku permanen di atas atau di bawah permukaan bumi. Permafrost terdiri dari tanah, kerikil, dan pasir, biasanya disatukan oleh es. Permafrost biasanya tetap pada atau di bawah 0°C (32ºF) setidaknya selama dua tahun.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Dikutip dari National Geographic, permafrost bisa ditemukan di daratan dan di bawah dasar laut. Permafrost juga ditemukan di Greenland, negara bagian Alaska, Rusia, China, dan Eropa Timur AS.
Ilmuwan yang mempelajari permafrost dapat memahami perubahan iklim Bumi dengan mengamati perubahan permafrost. Studi menunjukkan permafrost Bumi menghangat hingga 6ºC pada abad ke-20. Para ilmuwan memprediksi pencairan permafrost yang meluas pada tahun 2100.
Hasilnya adalah penyebaran patogen penyebab penyakit.
Pada tahun 2016, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun meninggal dan sekitar 100 orang jatuh sakit akibat keracunan antraks di wilayah Siberia yang tidak mengalami wabah selama lebih dari 70 tahun. Para ilmuwan mengira wabah itu disebabkan oleh spora antraks yang dilepaskan dari bangkai rusa berusia puluhan tahun yang baru-baru ini terpapar lapisan es yang mencair.
Satu gram permafrost dapat mengandung ribuan spesies mikroba yang tidak aktif. Para ilmuwan khawatir pencairan tidak hanya mengungkap penyakit, tetapi juga melepaskan patogen purba yang saat ini tidak memiliki kekebalan alami dan tidak ada antibiotik atau vaksinasi yang efektif.
Selanjutnya: Efek pencairan permafrost