Jakarta, CNN Indonesia —
Mantan putra mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Naiflengser dari gelar pewaris takhta sejak Juni 2017. Ia digantikan oleh sepupu dan putra kesayangan Raja Salman, Muhammad bin Salman (MBS).
Jatuhnya Bin Nayef dari gelar putra mahkota disebut sebagai akibat ‘laparnya’ kekuasaan MbS. Belakangan terungkap bahwa kudeta dilakukan oleh MbS untuk merebut gelar Putra Mahkota dari sepupunya.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Bin Nayef menyalahkan beberapa alasan atas kejatuhan keponakan Raja Salman itu.
Berikut beberapa alasan yang membuat Mohammed bin Nayef terguncang dari singgasananya.
1. Tersangka Narkoba
Mohammed bin Nayef dituduh menggunakan narkoba ketika dia digulingkan.
Menurut seorang rekan keluarga kerajaan, beberapa pangeran senior diberi tahu bahwa Nayef tidak layak menjadi raja karena masalah narkoba, The Guardian mengutip ucapannya.
Nayef harus mengundurkan diri karena dianggap kecanduan obat penghilang rasa sakit, seperti dikutip dari Reuters.
“Raja datang menemui MbN (Mohammed bin Nayef) dan mereka berdua ada di kamar. [Raja Salman] mengatakan kepadanya: ‘Saya ingin Anda mundur, Anda tidak mendengarkan nasihat untuk pengobatan kecanduan berbahaya Anda dan memengaruhi keputusan Anda’,” kata salah satu sumber yang dekat dengan bin Nayef.
Meski begitu, sejauh ini belum ada informasi lebih lanjut apakah Mohammed bin Nayef benar-benar menggunakan narkoba atau tidak.
Namun, teman dekat bin Nayef telah menyatakan keprihatinannya atas kesehatan mantan Putra Mahkota Saudi itu dalam beberapa tahun terakhir.
Seorang mantan perwira Badan Intelijen AS (CIA) yang merupakan teman dekat bin Nayef, Bruce Riedel, mengatakan sang pangeran sering kesakitan dan memiliki tanda-tanda stres pascatrauma.
Situasi ini menyebabkan dia menggunakan narkoba hingga teman-teman dekatnya khawatir bahwa dia kecanduan narkoba.
[Gambas:Video CNN]
2. Seputar Embargo Qatar
Mohammed bin Nayef dilaporkan menentang sanksi terhadap Qatar.
Hal ini diungkapkan oleh seorang pejabat Amerika dan penasihat kerajaan Saudi, The New York Times melaporkan.
Upaya Bin Nayef untuk menentang embargo juga disebut-sebut sebagai salah satu alasan pemecatannya.
3. Korupsi
Mantan putra mahkota Saudi itu juga pernah terlibat kasus korupsi.
Menurut laporan dari Reuters dan Wall Street Journal, rekening bank yang terkait dengan bin Nayef dan beberapa kerabat dekatnya dibekukan oleh otoritas Saudi, seperti dikutip oleh Al Jazeera.
Pembekuan rekening terjadi ketika otoritas Saudi meluncurkan kampanye penangkapan sebagai bagian dari tindakan keras terhadap korupsi yang meluas. Upaya itu sendiri mulai berlaku pada awal November 2017.
4. Dikhianati
Pencopotan bin Nayef dari gelar putra mahkota juga disebut-sebut sebagai percobaan kudeta.
Ia dituduh melakukan hal tersebut dengan Pangeran Ahmed bin Abdul Aziz yang merupakan saudara dari Raja Salman.
Orang dalam Istana menduga tuduhan itu adalah upaya untuk menutupi upaya MbS untuk mengambil alih kekuasaan ayahnya.
Menurut sumber itu, tindakan MBS terhadap kedua pangeran tersebut merupakan tindakan pencegahan terhadap kudeta, menyusul memburuknya kesehatan Raja Salman.
Namun, pejabat Saudi membantah klaim tersebut.
(blq/rds)