liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Wilayah Jabodetabek dan beberapa wilayah lain di Indonesia diguyur hujan selama sepekan ini. Apa penyebabnya?

Jakarta, CNNIndonesia

Dua fenomena cuaca alasan Hujan dengan intensitas ringan hingga berat membanjiri sebagian besar wilayah Indonesia, antara lain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Cuaca basah ini terjadi akibat fenomena Cross Equatorial Northly Surge (CENS) dan Borneo Vortex yang saling berinteraksi. Demikian disampaikan Peneliti Klimatologi Pusat Penelitian Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin.

“Kenapa hujan deras terus menerus disertai angin kencang melanda sebagian besar Indonesia saat ini? Saya akan fokus menjelaskan penyebab terkait fenomena utama pada skala meso dengan radius 2-200 km,” tulis Erma di Twitternya. akun.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Erma menjelaskan, saat ini ada dua fenomena utama yang terjadi di Laut China Selatan.

Pertama, CENS yang merupakan penguatan angin dari utara dengan kecepatan rata-rata lebih dari 5 meter/detik di bagian selatan Laut China Selatan dekat Laut Jawa. Menurut pantauannya, indeks CENS aktif sejak 21 Februari hingga saat ini.

“Angin kencang utara ini berperan memperkuat angin muson hingga 2-3 kali lipat dari sebelumnya, sehingga mempengaruhi angin kencang yang sedang bertiup kencang saat ini,” katanya.

Kedua, Borneo Vortex atau angin puyuh yang memiliki radius putaran dalam skala meso yang berkisar puluhan hingga ratusan kilometer.

“Saat ini eddy Kalimantan mulai terbentuk di dekat ekuator di atas Laut China Selatan,” jelas Erma.

Menurutnya, kedua faktor tersebut berinteraksi secara terus menerus di lokasi yang sama hingga menjadi lebih kuat dan besar. Interaksi selama lebih dari 72 jam atau empat hari membentuk siklon tropis Vamei.

“Peristiwa ini sangat jarang terjadi, maka kemungkinan akan terbentuk kembali setiap 100-400 tahun sekali. Karena tidak semua syarat dapat dipenuhi,” jelasnya.

Berdasarkan peringatan dini cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi mengalami hujan ringan hingga lebat pada 2-3 Maret 2023.

Daerah yang mengalami fenomena tersebut antara lain Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Wilayah Jawa secara umum diprediksi mengalami hujan ringan, sedangkan Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah berpotensi hujan lebat. Meski Bali berpotensi hujan sedang, NTB dan NTT umumnya cerah berawan.

Terkait cuaca pada Sabtu (4/3) di Jakarta, BMKG memprediksi mulai siang hari hujan akan mulai turun di seluruh wilayah. Namun, badai petir hanya akan terjadi di Jakarta Barat, Selatan, dan Timur.

Pada malam hari, hanya Jakarta Timur dan Selatan yang tidak hujan atau mendung. Wilayah Jakarta lainnya akan diguyur hujan ringan.

(lom/lth)

[Gambas:Video CNN]